Rabu, 31 Mei 2017

Makalah diksi

MAKALAH BAHASA INDONESIA
“DIKSI”














Disusun oleh :
1. Agustin Ade Irawati (16210933)
2. Titik Yuliana (16210932)
3. Ema Ernolita Oktafian (16210750)
4. Vensensya Audina Hadi (16210748)
5. Alfian Cahyo Putra (16211274)

Kelas : Managemen B Regular Pagi

Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen
STIE MAHARDHIKA SURABAYA
Periode 2017-2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diksi atau Pilihan Kata” . Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang  berkaitan dengan materi diksi, serta infomasi dari berbagai media yang berhubungan dengan diksi atau pilihan kata.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Bahasa Indonesia terutama materi mengenai Diksi atau Pilihan kata. Sehingga kita saat berkomunikasi, kita dapat meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi yang dikarenakan bahasa yang kita gunakan. Dan penulis berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.


Surabaya, 28 Maret 2017
Penulis,







DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat makalah 2
BAB II LANDASAN TEORI 3
2.1 Pengertian Diksi 3
2.2 Fungsi diksi 4
2.3 Syarat-syarat diksi 4
2.4 Jenis-jenis diksi 5
BAB III PEMBAHASAN 14
3.1 Study kasus 14
3.2 Penyelesaian kasus 15
BAB IV PENUTUP 17
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Harus diakui saat ini orang sering mengesampingkan pentingnya  penggunaan bahasa,  terutama  dalam tata cara  pemilihan kata atau diksi. Kita pun sering mengalami kesalahan. Hal itu terjadi karena kita tidak mengetahui pentingnya menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan diksi sangat penting agar terciptanya komunikasi yang efektif. Hal itu agar terciptanya komunikasi yang efektif dan efisien dan untuk menghindari kesalah pahaman saat berkomunikasi. Manusia merupakan makhluk sosial sehingga kita tidak dapat terlepas dariberkomunikasi dengan sesama dalam setiap aktivitas kehidupan. Tetapi tidak jarang pula ketika sedang berkomunikasi lawan  komunikasi saat berkomunikasi mengalami kesulitan menangkap informasi, hal ini terjadi karena kata yang digunakan kurang tepat ataupun rancu sehingga menimbulkan kesalahpahaman.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis  pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai diksi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi saat berkomunikasi.

1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan diksi?
b. Apa saja jenis-jenis diksi?

1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui apa yang dimaksud dengan diksi.
b. Mengetahui tentang jenis-jenis diksi.

1.4 Manfaat Makalah
Manfaat dari pembuatan makalah ini sebagai referensi tambahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi.
























BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Diksi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Diksi dan gaya bahasa menurut Gorys Keraf di tuliskan dalam beberapa poin yang penting , yaitu:
a. Diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang harus di pakai untuk mencapai suatu gagasan, cara membentuk kelompok kata yang tepat atau penggunaan ungkapan dan gaya bahasa yang baik di pakai dalam situasi tertentu.
b. Diksi adalah kemampuan dalam membedakan nuansa makna gagasan yang ingin di sampaikan sekaligus kemampuan untuk menemukan bentuk kata yang sesuai dengan situasi sehingga memiliki nilai rasa yang tinggi.
c. Diksi yang tepat dan sesuai mungkin hanya bisa digunakan oleh orang yang memiliki perbendaharaan kata luas.

Diksi bukan hanya sekedar memilih yang tepat tetapi untuk menentukan kata mana yang cocok digunakan dalam kalimat yang maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui masyarakat.

Contoh:
Kucing saya meninggal tadi pagi. (kurang tepat, meninggal biasanya digunakan pada manusia).
Kucing saya mati tadi pagi. (tepat)

Rini adalah wanita yang manis. (kurang tepat, karena manis bisa diartikan menjadi sebuah rasa).
Rini adalah wanita yang cantik. (tepat)
2.2 Fungsi diksi
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.                  
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencegah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

2.3 Syarat-syarat Diksi
Kata merupakan salah satu unsur dasar bahasa yang sangat penting. Dalam memilih kata-kata, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
A. Ketepatan
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah:
1) Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.
2) Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
3) Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaanya, misalnya: infrensi (kesimpulan) dan iterefrensi (saling mempengaruhi).
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri.
5) Menggunakan imbuhan asing. (jika diperlukan)
6) Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar.
7) Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
8) Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.
9) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim.
10) Menggunakan kata abstrak dan konkrit secara cermat.
B. Kesesuaian
Syarat kesesuaian kata, sebagai berikut :
1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang formal.
2) Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3) Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4) Penulis atau pembicara sejauh  mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang
5) Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6) Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7) Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artfisial

2.4 Jenis-jenis Diksi
Jenis diksi menurut Keraf, (2008: 89-108) adalah sebagai berikut :
a. Makna denotasi dan makna konotasi
Makna denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.
Makna denotasi lazim disebut:
1) Makna Konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif.
2) Makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya).
3) Makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.
Contoh :
Adik makan nasi. ( makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut)
Harga kambing hitam itu sangat mahal. ( kambing hitam bermakna kambing yang memiliki warna hitam )

Sedangkan makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh:
Para petugas gabungan merazia kupu-kupu malam tadi malam (kupu-kupu malam = wts)
Bu Marcella sangat sedih karena terjerat hutang lintah darat (lintah darat = rentenir).

Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Konotasi positif merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan.
Contoh :
Tiga pahlawan reformasi telah gugur lima tahun yang lalu. ( Kata “gugur” bermakna mati dalam pertempuran )
Diana adalah anak emas yang selalu dinomor satukan oleh ayah dan bundanya (Anak emas: anak kesayangan)
Meskipun memiliki darah biru, tapi Raden tidak pernah bersikap sombong (Darah biru: bangsawan)

2. Konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.
Contoh :
Masih ada segerombolan orang yang suka menebang demi keuntungan pribadi. (Kata “gerombolan” bermakna kawanan pengacau / perusuh.)
Laki-laki itu sudah memiliki istri, namun masih saja memiliki sifat mata keranjang (Mata keranjang: Genit saat melihat wanita cantik)
Persahabatan di antara mereka berdua berakhir karena Doni merupakan serigala berbulu domba (Serigala berbulu domba: Orang jahat yang berpura-pura baik)

b. Kata abstrak dan kata konkret
Kata abstrak adalah sebuah kata yang memiliki rujukan berupa konsep atau pengertian. Sesuai dengan namanya kata abstrak lebih memerlukan pendalaman pemahaman, karena sifatnya yang tidak nyata. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat. Untuk lebih jelasnya kita lihat beberapa contoh kata abstrak di bawah ini :
- Kaya
- Miskin
- Angan-angan
- Kerajinan
- Kejujuran
- Kemakmuran

Contoh kalimat :
  Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.

 Sedangkan kata konkret merupakan kebalikan dari kata abstrak. Kata konkret yaitu kata yang mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh panca indera. Kata konkret memiliki ciri bisa dirasakan, bisa dilihat, diraba, didengar, dan bisa dicium.

Di bawah ini contoh-contoh kata konkret :
- Sandang
- Pangan
- Rumah
- Mobil
- Sawah
- Rumah

Contoh kalimat :
Pegawai Negri RI mendapatkan kenaikan sepuluh persen (kata konkrit).

c. Kata umum dan kata khusus
Kata umum adalah kata – kata yang memiliki makna dan cakupan pemakaian yang lebih luas. Kata – kata yang termasuk dalam kata umum disebut dengan hipernim. Sedangkan, kata khusus adalah kata – kata yang ruang lingkup dan cakupan maknanya lebih sempit, atau disebut juga dengan hiponim.

Pada umumnya, kata umum memiliki beberapa macam kata khusus. Meskipun kata – kata khusus memiliki bentuk yang berbeda, maknanya tetaplah sama dengan makna kata umum.





Contoh :
Kata umum : Melihat
Kata khusus : Menengok, menyaksikan, melirik, memandang, memelototi, mengamati, dan memperhatikan.

Kata umum : Mendatangi
Kata khusus : Mampir, singgah, berkunjung,

Kata umum : Membawa
Kata khusus : Mengangkat, menjinjing, menggendong, mengangkut, menyeret, membopong, memanggul.

Kata umum : Hewan peliharaan
Kata khusus : Kucing, anjing, kelinci, marmut, hamster, ikan

d. Sinonim, Homofon dan Homograf
1) Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip
Contoh : muka, paras, wajah, tampang
2) Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun berbeda
Contoh : Bank (tempat menyimpan uang), Bang (kakak)
3) Homograf adalah kelompok kata yang memepunyai kesamaan huruf tetapi pengucapannya berbeda dan maknanya berbeda.
Contoh : Tahu ( Mengerti ) – Tahu ( Makanan )
“Saya tahu kalo sumber protein nabati bisa didapat dari tahu dan tempe”.
Kata “tahu” yang pertama berari mengetahui atau mengerti, sedangkan “tahu” yang kedua adalah makanan.


e. Kata populer dan kata kajian
Kata populer yaitu kata yang dikenal dan dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam percakapan sehari-hari. Sedangkan kata kajian adalah kata yang hanya dipakai atau dikenal oleh para ilmuan dan kaum terpelajar. Kata ini biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah. Kebanyakan dari kata-kata kajian ini merupakan kata serapan dari bahasa asing.
Yang membedakan antara kata kajian dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata kajian digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.

Contoh Kata Populer dan Kata Kajian:
Populer     : Ketua adalah salah satu bagian penting dari sebuah                       organisasi
Kajian       : Ayah adalah unsur yang dominan dalam sebuah keluarga

Populer     : Isi botol-botol ini dengan air mineral
Kajian       : Volume perdagangan Indonesia-Malaysia cukup        menggembirakan

Populer     : Meskipun tidak diberi uang saku, Ani tetap masuk sekolah
Kajian       : Dari pertemuan itu kami menerima banyak masukan dari  para tokoh masyarakat.

Pada contoh-contoh kalimat di atas, kata bagian, isi, dan masuk lebih banyak digunakan dan dikenal orang. Sedangkan kata unsur, volume, dan masukan penggunaanya lebih banyak digunakan dalam situasi yang lebih resmi, lebih ilmiah, dan dalam berada dalam konteks-konteks tertentu.
 Untuk lebih memahami kata populer dan kata kajian perhatikan pasangan kata-kata berikut!

Kata Populer             Kata Kajian

Batas                           Batasan, definisi
Keluar                         Keluaran (output)
Contoh                        Sampel
Petunjuk, tanda           Indikasi
Rancangan                  Desain
Pembaharuan              Inovasi
Penyatupaduan           Integrasi
Waktu                         Momentum
 

f. Jargon dan kata Slang
Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya.
Contoh jargon: sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok (dokter), prof (professor).

Sedangkan kata slang adalah kata-kata yang tidak baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan untuk tampil beda, jika telah usang akan muncul kata-kata baru.
Contoh: asoi, mana tahan, eh ketemu lagi, unyu-unyu, cabi.


g. Kata asing dan kata serapan
Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.
Contoh kata asing: computer, cyber, internet, go public.

Sedangkan kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud atau struktur bahasa Indonesia.
Contoh kata serapan: ekologi, ekosistem, motivasi, music, energi.

h. Kata baku dan non-baku
Kata baku adalah sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa indonesia dalam penggunaannya. Suatu ragam penggunaan bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi.

Fungsi Bahasa Baku :
1. Fungsi pemersatu, karena bahasa merupakan wahana dan pengungkap kebudayaan nasional.
2. Fungsi Penanda kepribadian, indonesia membedakan dirinya dengan menggunakan bahasa indonesia sebagai identitas bangsa.
3. Fungsi Penambah wibawa, gengsi yang lekat pada bahasa Indonesia baku menambahkan wibawa pada setiap orang yang dapat menguasai bahasa dengan mahir.
4. Fungsi Kerangka acuan, merupakan ukuran tentang tepat atau tak tepat pemakaian bahasa dalam situasi tertentu.

Kata tak baku adalah kata yang tidak sesuai dengan kaidah mengenai kata dalam bahasa indonesia. Dalam arti kata, kata tak baku adalah kata tidak resmi. Suatu ragam penggunaan bahasa yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari aturan bahasa baku.  Dipakai dalam situasi tidak resmi.




Contoh Kata Baku dan Tidak Baku
BAKU TIDAK BAKU
Kemarin Kemaren
Zaman Jaman
Ijazah Ijasah
Februari Pebruari





















BAB III
PEMBAHASAN

Contoh Analisis Kesalahan dan Perbaikan Diksi.
BOGOR (Pos Kota) – Tarif angkutan kota (Angkot) di Kota Bogor naik Rp500. Ini dilakukan sopir pasca pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tanggal 28 Maret kemarin.
Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor mulai Senin (30/3) menetapkan kenaikan tarif Angkot jarak dekat dan jauh sebesar Rp500. Dengan kenaikan baru ini, tarif bagi penumpang umum dan mahasiswa menjadi Rp3.500 dari sebelumnya Rp3.000. Sedangkan tarif angkot untuk pelajar menjadi Rp2.500 dari sebelumnya Rp 2.000.
“Hari ini (Senin 30/3/2015) resmi tarif angkot di Kota Bogor naik,” kata M Ischak, Ketua DPC Organda Kota Bogor.
Penetapan kenaikan tarif setelah ada kesepakatan antara Organda dengan DLLAJ Kota Bogor. Rapat untuk menyatukan pendapat terkait kenaikan tarif, berlangsung di rumah dinas Walikota Bogor.
Pihaknya kini masih menunggu pengesahan Surat Keputusan (SK) Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto. “Di lapangan hari ini sudah berlaku. Tinggal menunggu SK di tanda tangan Walikota Bogor Bima Arya, saja,” ujar Ischak.
Naiknya tarif sebesar Rp500, dilakukan dengan beberapa pertimbangan formulasi, terkait kenaikan harga BBM yang diumumkan Pemerintah.
“Kami sudah membuat formulasi kemungkinan kenaikan BBM jika harga BBM berkisar antara Rp7.000- 8.500. Kami dapat harga yang pas adalah naik Rp500. Ini angka yang realistis,”paparnya.
Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto membenarkan, dirinya sudah memberi persetujuan dan menetapkan kenaikan tarif angkot di Kota Bogor sebesar Rp500. “SK kenaikan harga kenaikan tarif angkot sudah saya tandatangan,” kata Bima kepada wartawan.
Gunawan, Ketua Organda Kabupaten Bogor mengaku, tarif angkutan umum di Kabupaten Bogor pasca kenaikan harga BBM naik sebesar 20 persen.
“Untuk tarif angkutan dari Cisarua tujuan akhir Sukasari yang semula Rp 6.000, naik menjadi Rp 8.000. Kenaikan harga tarif sudah dilakukan sosialisasi dan pemberitahuan melalui stiker di pintu angkot,” katanya.
Sumber : http://poskotanews.com/2015/03/30/tarif-angkot-di-kota-bogor-naik/


Pembahasan :
No Kesalahan Perbaikan Keterangan
1. Ini dilakukan sopir pasca Ini dilakukan supir pasca Kesalahan dalam ejaan. Kata “sopir” tidak baku, seharusnya diganti menjadi “supir”
2. … dari sebelumnya Rp 2.000.
… yang semula Rp 6.000, naik menjadi Rp 8.000. … dari sebelumnya Rp2.000.
… yang semula Rp6.000, naik menjadi Rp8.000. Kesalahan dalam ejaan. Penulisan tada mata uang Rupiah yang benar harusnya disambung.
3. Naiknya tarif sebesar Rp500, dilakukan dengan beberapa pertimbangan formulasi, terkait kenaikan harga BBM yang diumumkan Pemerintah. Naiknya tarif sebesar Rp500 dilakukan dengan beberapa pertimbangan formulasi terkait kenaikan harga BBM yang diumumkan Pemerintah. Kesalahan dalam ejaan.
4. “Untuk tarif angkutan dari Cisarua tujuan akhir Sukasari … “Untuk tarif angkutan dari Cisarua menuju Sukasari … Kesalahan dalam diksi.
Kata “tujuan akhir” kurang efektif untuk kalimat tersebut.
5. Tinggal menunggu SK di tanda tangan Walikota Bogor Bima Arya, saja,” Hanya menunggu SK ditandatangani oleh Walikota Bogor Bima Arya saja,” Kesalahan dalam diksi dan ejaan. Kata awalan di- pada kata “tanda tangan” harusnya disambung karena itu bukan nama tempat.
6. Kami dapat harga yang pas adalah naik Rp500. Kami dapat harga yang tepat, yakni naik Rp500. Kesalahan dalam diksi.
Kalimat tersebut kurang tepat.












BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan informasi yang ada diatas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi adalah ketepatan pemilihan kata di pengaruhi oleh kemampuan pangguna bahasa yang terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai dan penggunaan kata aktif dan efektif kepada pembaca dan pendengarnya.
Jenis-jenis diksi adalah makna denotasi dan konotasi, kata abstrak dan kata konkret, kata umum dan kata khusus, Sinonim, Homofon dan Homograf, kata popular dan kata kajian, jargon dan kata slang, kata asing dan kata serapan, kata baku dan non baku.

4.2 Kritik dan Saran
a) Kritik
Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan tata kaidah bahasa indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan kokondisi  berbahasa yang tidak mendukung.
Maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang salah.

b) Saran
Dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Untuk membaca singkatan kata (termasuk kata asing selain akronim),begitu juga dengan dalam pemilihan kata (diksi ) yang dibaca huruf demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia, pelafalannya harus sesuai dengan lafal huruf bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Amran, Tasai. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta :CV Akademika Pressindo.

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia  perguruan tinggi. Erlangga. Jakarta