Rabu, 31 Mei 2017

PENGARUH COCOPEAT (SERBUK SABUT KELAPA) SEBAGAI MEDIA TANAM TANAMAN KRISAN POT

PENGARUH COCOPEAT (SERBUK SABUT KELAPA) SEBAGAI MEDIA TANAM TANAMAN KRISAN POT

Karya Ilmiah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Ujian













Disusun oleh :
1. Agustin Ade Irawati (16210933)
2. Titik Yuliana (16210932)
3. Ema Ernolita Oktafian (16210750)
4. Vensensya Audina Hadi (16210748)
5. Alfian Cahyo Putra (16211274)
Kelas : Managemen B Regular Pagi
Pembimbing : Yourini Erawati S.pd, MM

Program Studi Manajemen
STIE MAHARDHIKA SURABAYA
Periode 2017-2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “PENGARUH COCOPEAT (SERBUK SABUT KELAPA) SEBAGAI MEDIA TANAM TANAMAN KRISAN POT”. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Karya Ilmiah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang  berkaitan dengan judul ini, serta infomasi dari berbagai media yang berhubungan dengan system penjualan kredit.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan  pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.


Surabaya, 28 Maret 2017
Penulis,










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Masalah 2
1.4 Manfaat 2

BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Cocopeat 3
2.2 Kandungan cocopeat   5
2.3 Bentuk cocopeat 6
2.4 Manfaat cocopeat 6
2.5 Tanaman Krisan 7
2.6 Syarat tumbuh bunga krisan 11
2.7 Media tanam 11

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan bahan 13
3.2 Penjelasan singkat 13
3.3 Parameter pengamatan 13

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh media tanam cocopeat terhadap tanaman bunga krisan pot 15
4.2 Perawatan tanaman bunga krisan pot yang benar 15



BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 18
5.2 Saran 18
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pemanfaatan sabut kelapa sebagai cocopeat yaitu sabut kelapa yang diolah menjadi butiran-butiran gabus sabut kelapa. Cocopeat dapat menahan kandungan air dan unsur kimia pupuk serta dapat menetralkan keasaman tanah. Karena sifat tersebut, sehingga cocopeat dapat digunakan sebagai media yang baik untuk pertumbuhan tanaman hortikultura dan media tanaman rumah kaca. Cocopeat adalah media tanam yang dibuat dari sabut kelapa. Oleh karena itu, paling mudah ditemukan di negara-negara tropis dan kepulauan, seperti Indonesia.
Krisan atau Chrysanthenum merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Disamping memiliki keindahan karena keragaman bentuk dan warnanya. bunga krisan juga memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah dirangkai. Keunggulan lain yang dimiliki adalah bahwa pembungaan dan panennya dapat diatur menurut kebutuhan pasar.
Sebagai bunga potong, krisan digunakan sebagai bahan dekorasi ruangan, jambangan (vas) bunga dan rangkaian bunga. Sebagai tanaman pot krisan dapat digunakan untuk menghias meja kantor, ruangan hotel, restaurant dan rumah tempat tinggal. Selain digunakan sebagai tanaman hias, krisan juga berpotensi untuk digunakan sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga (hama).
Banyaknya jenis, bentuk, dan warna bunga krisan menyebabkan krisan sangat populer di masyarakat., khususnya pecinta tanaman hias ataupun ibu rumah tangga yang suka merawat bunga krisan pot di taman halaman rumahnya namun belum banyak yang tau cara merawat bunga krisan dalam pot yang baik agar pertumbuhan dan bunganya terus tumbuh. Banyak dari mereka yang mengeluh karena bunga krisan pot miliknya menjadi layu dan tidak berbunga lagi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini diambil judul ““PENGARUH COCOPEAT (SERBUK SABUT KELAPA) SEBAGAI MEDIA TANAM BUNGA KRISAN POT”. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam cocopeat terhadap bunga krisan pot.


1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh media tanam cocopeat terhadap bunga krisan pot?
b. Bagaimana cara merawat bunga krisan pot yang benar?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengaruh media tanam cocopeat terhadap tanaman krisan pot.
b. Untuk mengetahui cara merawat tanaman krisan pot yang benar.

1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
a. Mengetahui bagaimana pengaruh media tanam cocopeat terhadap bunga krisan pot.
2. Bagi Perusahaan
a. Untuk menambah pengetahuan dari suatu perusahaan dalam meningkatkan produksi dan penjualan.
3. Bagi Pihak Lain
a. Untuk mengetahui cara merawat tanaman krisan pot yang benar.




BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Cocopeat
Cocopeat merupakan istilah atau sebutan yang disematkan pada hasil olahan sabut kelapa yang berbentukan serbuk, jadi cocopeat adalah salah satu limbah yang dihasilkan dari perkebunan kelapa yang bisa kita manfaatkan sebagai media tanam ataupun sebagai bahan pencampur dalam pembuatan pupuk organik, cocopeat juga bisa kita manfaatkan sebagai nutrisi tambahan yang bisa anda terapkan secara langsung pada lahan budidaya pertanian. Cocopeat adalah media tanam yang dibuat dari sabut kelapa. Oleh karena itu, paling mudah ditemukan di negara-negara tropis dan kepulauan, seperti Indonesia.
Pada satu bagian buah kelapa memiliki persentase sebagai berikut :
Proporsi berat basah
Sabut kelapa 56%
Tempurung kelapa 17%
Daging buah kelapa 27%.
Sedangkan untuk proporsi berat kering:
Sabut kelapa 42%
Tempurung kelapa 28%
Daging buah kelapa 30% (Rindengan, Lay et al. 1995)
Dari persentase proporsi berat kering di atas kemudian kita akan mendapatkan jumlah persentase cocopeat dari setiap bagian sabut kelapa yang ada pada buah kelapa yang meliputi:

Gambar 1.1 cocopeat

Sabut kelapa 42% menjadi serat sabut kelapa 60% sedangkan untuk cocopeatnya adalah 30%. Jadi sekitar 30% cocopeat yang akan kita dapatkan dari satu bagian buah kelapa.
Pengolahan sabut kelapa menghasilkan produk-produk primer yaitu serat panjang dan serat halus atau serat pendek(bristle) dan debu atau serbuk sabut. Serat dapat diproses sebagai matras, karpet, geotextile dan lain-lain, sedangkan serbuk dapat diproses lebih lanjut menjadi kompos, partikel papan mebel atau cocopeat.
Cocopeat atau serbuk serabut kelapa berasal dari pengolahan serabut kelapa. Cocopeat memiliki keunggulan yaitu memiliki daya serap air yang tinggi sehingga dapat menghemat air dan nutrisi serta dapat menggemburkan tanah. Cocopeat memiliki kadar garam rendah yang dapat mengurangi penyakit dalam tanah, memiliki pori – pori yang memudahkan pertukaran udara dan masuknya sinar matahari. Cocopeat juga mampu mengikat baubauan disekitarnya, menunjang pertumbuhan akar dengan cepat sehingga baik untuk pembibitan. Cocopeat bersifat fiber yaitu tahan 10 tahun terurai (Surahman, 2014).
Kekurangan cocopeat adalah banyak mengandung zat Tanin. Zat Tanin diketahui sebagai zat yang menghambat pertumbuhan tanaman. Untuk menghilangkan zat Tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya buang air dan diganti dengan air bersih yang baru. Demikian dilakukan beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi.
Cocopeat memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki pori-pori, yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Kandungan Trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah. Dengan demikian, cocopeat dapat menjaga tanah tetap gembur dan subur. Meski disebut-sebut sebagai media tanam alternatif berkualitas sebaik tanah, namun unsur hara yang ada di tanah, tidak ada padanya. Oleh karena itu, cocopeat memerlukan tambahan pupuk sebagai penyubur.

2.2 Kandungan cocopeat
Kandungan unsur hara makro dan mikro yang terkandung di cocopeat diantaranya :
(K) Kalium.
(P) Fosfor.
(Ca) Calsium,
(Mg) Magnesium,
(Na) Natrium
Dan beberapa mineral lainnya.
Akan tetapi dari sekian banyak kandungan unsur hara yang terkandung pada cocopeat,  jumlah yang paling melimpah itu adalah unsur K (kalium). Seperti yang banyak kita ketahui bahwa kandungan (K) Kalium dan (P) Fosfor sangat banyak dibutuhkan oleh tanaman pada saat proses pembentukan buah dan peningkatan rasa pada segala jenis buah.

2.3 Berbagai variasi bentuk cocopeat
Cocopeat umumnya dibentuk dalam kemasan serbuk curah atau dalam kemasan kompres (mampat dan padat), berbentuk balok/briket dan lempengan papan.
Cocopeat seberat 1 kg mampu terurai menjadi 15 liter cocopeat basah. Struktur cocopeat yang dikemas dalam bentuk kompres tersebut mampu membuat cocopeat terurai dalam jangka waktu 10 tahun pemakaian. Hal ini sangat menguntungkan karena pemanfaatan cocopeat dapat berlangsung lebih lama.

2.4 Manfaat cocopeat
Cocopeat umum digunakan dalam bidang pertanian dan hortikula serta absorben pada industri. Dalam bidang pertanian dan hortikula, cocopeat dimanfaatkan sebagai media tanam hidroponik serta sebagai pengganti media tanah.
Sayangnya, kandungan nutrien di lalam cocopeat rendah, sehingga perlu ditambahkan komponen lain sebagai media tanam pengganti tanah. Penambahan kompos atau pupuk organik lain serta arang sekam akan menjadi alternative campuran media tanam yang baik. Cocopeat alami mempunyai kadar pH pada kisaran 5,8 - 6 yang berarti sedikit asam. Namun, pada beberapa tanaman budidaya yang popular, kisaran pH tanaman umumnya merupakan kisaran pH optimal mereka untuk tumbuh dengan baik (kebutuhn pH tanaman umumnya 5,5 - 6,5).

2.5 Tanaman Krisan
Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.





Gambar 1.2 Bunga krisan pot

Di Indonesia krisan lebih popular sebagai bunga potong dan bunga siap pajang yang dijual dalam pot. Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas Krisan loka (krisan kuno) yang berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indonesia maka dianggap sebagai krisan lokal, Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual dan Krisan produk Indonesia.
Kebutuhan pasar bunga – bunga subtropis yang berkualitas tinggi untuk kawasan Asia Tenggara sampai saat ini belum dapat terpenuhi. Untuk menutupi kekurangannya masih diperlukan impor bunga – bunga dari luar Asia Tenggara (Supari, 1999). Sebagai negara tropis, letak geografis Indonesia mampu memberikan kemudahan bagi pengusahaan tanaman hias, khususnya bunga – bungaan (Rahardi, dkk, 1993).
Provinsi Jawa Tengah yang termasuk salah satu sentra penghasil bunga potong, luas pertanaman dan produksi krisan relatif kecil. Pada tahun 2001, luas pertanaman  krisan di Jawa Tengah 17.800 m² dengan produksi 1.381.250 tangkai. Daerah sentra tanaman krisan terletak di Kabupaten Semarang (Anonim, 2001).
Serbuk sabut kelapa mempunyai daya menyimpan air yang sangat baik, yaitu mampu menyimpan air 6 – 8 kali beratnya serta mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman seperti N, P, Ca, dan Mg meskipun dalam jumlah yang sangat kecil (Ketaren dan Djatmiko, 1981).
Sekam padi merupakan limbah yang mempunyai sifat ringan drainase dan aerasinya baik tidak mempengaruhi pH, larutan garam atau ketersediaan hara dan tahan dekomposisi dengan harga yang murah (Joiner, 1981). Sekam padi yang dibakar atau dikenal dengan arang sekam mempunyai karak’tersitik ringan (berat jenis 0,2 kg/l), sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi. berwarna kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif (Dauglas, 1985) Kompos secara tidak langsung dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman dan merupakan pilihan terbaik apabila dikombinasikan dengan pupuk anorganik.
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga.
Kualitas krisan pot sangat ditentukan oleh kesehatan tanaman, sehingga pemeliharaan tanaman mulai dari tanam sampai siap untuk dipasarkan harus dilakukan secara cermat. Untuk mendapatkan kualitas tanaman pot yang prima maka pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara intensif. Adapun hama dan penyakit tanaman yang banyak menyerang krisan pot adalah sama dengan krisan potong yaitu pengorok daun, thrips, aphids, ulat , dan karat putih.

Menurut Rukmana dan Mulyana (1997), ciri-ciri morfologi tanaman krisan sebagai berikut:
Batang
Batang tanaman krisan tumbuk tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan tumbuh terus, batang menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan.
Akar
Perakaran tanaman krisan dapat menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm – 40 cm. akarnya mudah mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, hal tersebut dikarenakan akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).
Bunga
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek sampai panjang. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 sampai 20 kumtum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar.

Selain itu kalangan floriskulturis juga membedakan bentuk  bunga krisan dalam lima macam (golongan), yaitu bentuk tunggal,  anemone, pompon, dekoratif dan bunga besar. Ciri-ciri kelima bentuk bunga krisan tersebut adalah:
1) Tunggal
Karakteristik bunga tunggal adalah pada tiap tangkai terdapat 1 kumtum bunga, piringan dasar bunga sempit, dan susunan mahkota bunga hanya satu lapis.
2) Anemone
Bentuk bunga anemone mirip dengan bunga tunggal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal.
3) Pompon
Bentuk bunga bulat seperti bola, mahkota bunga menyebar kesemua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak.
4) Dekoratif
Bunga berbentuk bulat seperti pompon, tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian tepi memanjang.
5) Bunga besar
Karakteristiknya adalah pada tiap tangkai terdapat satu kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm. piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara lain melekuk ke dalam atau ke luar, pipih, panjang, bentuk sendok dan lain-lain.
Daun
Daun pada tanaman krisan merupakan ciri khas dari tanaman ini. Bentuk daun tanaman krisan yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun berselang-seling pada cabang atau batang.
Buah dan biji
Buah yang dihasilkan dari proses penyerbukan berisi banyak biji. Biji digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Biji krisan berukuran kecil dan berwarna cokelat sampai hitam.



2.6 Syarat tumbuh bunga krisan
Tanaman krisan dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat 700 m – 1200 m dpl dengan suhu udara antara 20◦C – 26◦C untuk pertumbuhan dan antara 16◦C – 18◦C untuk pembungaan dengan kelembaban udara antara 70% - 80%. Untuk pertumbuhan akar pada saat awal pertumbuhan diperlukan kelembaban 90% - 95%. Tingkat keasaman tanah Ph 6,2 – 6,7 dan EC 0,8 Ms/cm-1 Ms/cm. Tanaman krisan merupakan tanaman hari pendek (short day plant) yaitu tanaman akan segera berbunga pada hari panjang hari (jumlah jam terangnya) kurang dari 14,5 jam. Di Indonesia panjang hari dan panjang malam hampir sama yaitu 12 jam, oleh karena itu diperlukan penambahan cahaya dengan tujuan memperpanjang fase vegetatif, agar bagian vegetatif tanaman dapat tumbuh kuat dan dapat mengatur ketingiian tanaman.

2.7 Media Tanam
Media Tanam yang ideal untuk tanaman krisan adalah bertekstur liat berpasir, subur, gembur memiliki aerasi yang cukup baik dan drainasenya baik. Bahan yang banyak digunakan adalah serbuk sabut kelapa (cocopeat) dan arang sekam. Gambut memiliki daya pegang air cukup tinggi, dan partikel-partikelnya banyak membentuk gumpalan-gumpalan kecil sehingga membentuk rongga-rongga udara. Untuk mengurangi rongga ini perlu ditambahkan bahan lain yang bisa mengisinya seperti serbuk sabut kelapa dan sekam bakar. Komposisi media yang baik untuk krisan pot adalah campuran dari gambut (peat), cocopeat dan arang sekam dengan perbandingan volume 4:4:1.
Serbuk sabut kelapa mempunyai daya menyimpan air yang sangat baik, yaitu mampu menyimpan air 6 – 8 kali beratnya serta mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman seperti N, P, Ca, dan Mg meskipun dalam jumlah yang sangat kecil (Ketaren dan Djatmiko, 1981).
Sekam padi merupakan limbah yang mempunyai sifat ringan drainase dan aerasinya baik tidak mempengaruhi pH, larutan garam atau ketersediaan hara dan tahan dekomposisi dengan harga yang murah (Joiner, 1981). Sekam padi yang dibakar atau dikenal dengan arang sekam mempunyai karak’tersitik ringan (berat jenis 0,2 kg/l), sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi. berwarna kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif (Dauglas, 1985) Kompos secara tidak langsung dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman dan merupakan pilihan terbaik apabila dikombinasikan dengan pupuk anorganik.
Arang sekam mengandung Karbon (C) 1,33%, Hidrogen (H) 1,54%, Oksigen (O) 33,645%, dan Silika (SiO2) 16,98%. Arang sekam bersifat mudah mengikat air, tidak mudah melapuk dan merupakan sumber karbon (C). Arang sekam sebagai media tanam yang mempunyai porositas tinggi sehingga dapat meneruskan air dan larutan mineral yang berlebihan ( Agoes, 1994).
Serbuk sabut kelapa mempunyai kandungan nutrisi yang rendah dan memiliki kemampuan untuk memegang nutrisi yang cukup baik. Serbuk dari sabut kelapa tua memiliki C/N yang tinggi, sekitar 215, jadi awet selama beberapa tahun, karena melapuknya lambat sekali. Karena kandungan haranya rendah, dalam penggunaannya perlu ditambahi pupuk anorganik. Selain itu, juga terdapat kandungan tanin dan fenol, yang mungkin akan menghambat pertumbuhan. Kandungan zat tersebut dapat dihilangkan dengan perlakuan suhu ( di steam, digongseng atau direbus) atau dibiarkan selama beberapa bulan sampai satu tahun hingga kadar zat tersebut jadi berkurang dan tidak berbahaya bagi tanaman.










BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan bahan
Alat dan bahan yang akan kami gunakan dalam melakukan percobaan ini adalah :
1. Bibit anakan krisan pot varietas bunga besar jenis Time ( kuning )
2. Pot plastik
3. Gambut
4. Serbuk sabut kelapa (cocopeat)
5. Arang sekam
8. Sekam mentah
3.2 Penjelasan singkat
a. Sediakan bibit anakan krisan pot varietas bunga besar jenis Time ( Kuning ) dengan tinggi bibit maksimal 5 cm.
b. Sediakan media tanam dengan :
Perlakuan pertama
Sekam mentah+tanah = 1:2
Perlakuan kedua
Cocopeat +Arang sekam+ Gambut = 4:1:4

c. Masukkan semua campuran media tanam dengan perlakuan yang berbeda-beda tersebut ke dalam pot plastik.
d. 3-7 bibit di tanam di dalam pot yang sudah berisi campuran media tanam dengan perlakuan yang berbeda-beda.1 bibit ditanam cepat di tengah pot dengan posisi tegak lurus, bibit lainnya di tanam di bagian pinggir pot dengan posisi agak condong keluar. Perlakuan ini di lakukan supaya tanaman krisan di dalam pot terlihat besar dan rimbun
e. Pengamatan bisa dilakukan setelah tanaman ditumbuhkan di dalam pot selama 3 bulan.

3.3 Parameter pengamatan
Untuk menentukan campuran media tanam apa yang baik untuk tanaman krisan dapat dilihat dari hasil tinggi tanaman, diameter bunga dan jumlah bunga per pot .















BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh media tanam cocopeat terhadap tanaman krisan pot
Dua krisan pot yaitu pada perlakuan pertama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada peubah tinggi tanaman, diameter tanaman dan jumlah bunga per pot, sedangkan penggunaan media kedua berpengaruh sangat nyata terhadap kedua peubah tersebut. Krisan pot yang ditumbuhkan pada media serbuk sabut kelapa menghasilkan tinggi tanaman dan diameter tanaman lebih besar dibandingkan dengan media serbuk sekam mentah dan tidak berbeda nyata dengan media tanah. Rata – rata tinggi tanaman pada media serbuk sabut kelapa 1,45 kali lebih tinggi, sedangkan diameter tanaman 1,40 kali lebih besar dibandingkan pada media sekam mentah. Hal ini mungkin disebabkan kapasitas tukar kation dari serbuk sabut kelapa yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah dan sekam mentah. Dengan kapasitas tukar kation yang tinggi maka media serbuk sabut kelapa mampu menyerap dan menjediakan unsur hara lebih baik daripada media dengan kapasitas tukar kation rendah. Wuryaningsih dkk., (1999) melaporkan bahwa tanaman Chrysanthenum pot pada media Cocopeat + tanah menghasilkan nilai tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah bunga terbaik.
Tanaman bunga krisan dengan menggunakan media tanam cocopeat akan mudah menghasilkan tanaman yang sering berbunga, tumbuh lebat dan diameternya bertambah besar.

4.2 Perawatan Tanaman bunga krisan pot yang benar
a. Pastikan tanaman mendapat sinar matahari
Pastikan tanaman bunga krisan yang Anda pelihara selalu bisa mendapatkan sinar matahari secara penuh, terutama sinar di kala pagi hari. Paling tidak tanaman harus mendapatkan sinar mentari dalam waktu 8 jam/hari. Cahaya alami ini sangat bagus untuk memicu pertumbuhan bakal bunga.
b. Gunakan media tanam yang subur
Tanaman bunga krisan membutuhkan bekal nutrisi yang cukup untuk dapat menghasilkan bunga. Oleh karena itu, Anda harus menggunakan media tanam yang subur. Selain itu, pastikan juga media tanam tersebut memiliki tekstur yang remah dan gembur sehingga gampang mengalirkan air. Bunga krisan justru akan membusuk jika ditanam di tanah yang basah. Media yang baik untuk bunga krisan adalah Cocopeat +Arang sekam+ Gambut ( 4:1:4).
c. Siram setiap pagi dan sore Hari
Tanaman krisan pada dasarnya suka dengan air. Anda bisa menyiramnya secara rutin setiap dua kali sehari, kecuali pada musim penghujan. Dengan memastikan kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman terpenuhi dengan baik, maka krisan akan senantiasa menghasilkan bunga. Namun perhatikan jangan sampai timbul genangan air di media tanam tersebut. Kalau tidak, krisan yang Anda tanam akan mati.
Jangan biarkan bunga krisan layu di antara waktu penyiramannya. Jika daun yang lebih rendah layu dan berwarna coklat, Anda perlu lebih banyak menyiraminya dengan air. Hindari percikan air ke dedaunan karena hal ini dapat memicu pertumbuhan bakteri atau menyebabkan bunga krisan menjadi sakit.
d. Berikan pupuk NPK secara berkala
Pupuk NPK sangat bagus untuk merangsang agar bunga krisan rajin menghasilkan bunga. Jadi berikanlah pupuk NPK (15-15-15) ketika tanaman berusia 1 bulan dengan dosis 2 gram/pot. Pemupukan susulan dilakukan menggunakan dosis yang sama setiap 2 minggu sekali. Cara pemberian pupuk NPK yang benar adalah menyebarkannya di sekeliling tanaman. Biar lebih mudah terserap ke dalam tanah, Anda bisa melarutkannya terlebih dahulu dengan komposisi 2 gram pupuk/1 liter air.
e. Pangkas daun yang rimbun
Daun tanaman yang rimbun mengakibatkan proses penguapan terjadi semakin banyak. Hasil fotosintesis juga lebih difokuskan untuk pertumbuhan daun. Akibatnya tidak banyak bunga krisan yang dihasilkan oleh tanaman yang Anda pelihara. Jadi minimal sebulan sekali Anda harus memangkas beberapa bagian daun yang tidak perlu. Petik bunga yang mati atau memudar untuk memicu lebih banyak pemekaran.


















BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa Tanaman bunga krisan pot dengan menggunakan media tanam cocopeat akan mudah menghasilkan tanaman yang sering berbunga, tumbuh lebat dan diameternya bertambah besar jika dibandingkan dengan media tanam biasa. Media tanam yang baik yaitu Cocopeat +Arang sekam+ Gambut (4:1:4).
Perawatan tanaman bunga krisan pot yaitu:
Pastikan tanaman mendapat sinar matahari
Gunakan media tanam yang subur
Siram setiap pagi dan sore hari
Berikan pupuk NPK secara berkala
Pangkas daun yang rimbun

5.2 Saran
a. Jika saat mekar ingin tampilan krisan sempurna, buanglah beberapa kuncup atau bunga terutama yang cacat, agar pasokan makanan bisa terfokus pada bunga-bunga yang tersisa. Dengan begitu bunga akan mekar dengan besar, cantik dan mempesona.
b. Atasi jamur dengan fungisida alami seperti minyak bawang putih, minyak nimba atau sulfur.






DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Laporan Tahunan 2001. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah. Ungaran.78 h.
Agoes, D.N. 1994. Aneka Jenis Media Tanam dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 h.
Douglas, J.S. 1985. Advanced guide to hydrophonics (Soilless cultivation). Pelham Books Ltd, London. 368 p.
Joiner, J.N. 1981. Foliage Plant Production, Prent Production. Prentice- Hall Englewood Cliffs, New Jersey.
Ketaren, S. dan B. Djatmiko. 1981. Daya guna kelapa. Fakultas Teknik Pertanian. IPB.
Rahardi, F. Wahyuni, S. Nur Cahyo, EM. 1993. Agribisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. 9. h.
Rukmana, R.H. dan Asep Eka M. 1997. Bertanam Krisan. Penerbit Kanisius. 126. h. Siong, Y.K. dan Budiana, N.S. 2007. Mudah dan Praktis Melebarkan Bunga Euphorbia. Depot. Penebar Swadaya.
Supari, DH. 1999. Tuntunan Membangun Agribisnis. Elex Komputindo Kelompok Gramedia – Jakarta. Jakarta. 408 h.
Surahman, Andi. 2014. Cocopeat Sebagai Media Tanam.  http://panineungan-diri.blogspot.com/2014/02/cocopeat-sebagai-media-tanam.html (28 Maret 2017).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar